Senin, 23 Maret 2009

APA ITU PENDIDIKAN TERPADU?

PENDIDIKAN ISLAM TERPADU,
(Pengembangan pendidikan bagi sekolah model)

oleh : Untung Triantoro*

Lebih dari tiga dekade sejak diberlakukannya kurikulum pendidikan nasional sampai sekarang, Indeks Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia semakin menurun bila dibandingkan dengan negara lain, tak terkecuali di Asia Tenggara. Saat ini peringkat SDM Indonesia menempati urutan ke 109, hanya setingkat diatas Vietnam.(Media Indonesia 24/11/2000). Meskipun berbagai macam refisi diupayakan di sana-sini, dalam menyempurnakan kurikulum pendidikan baru 1994, namun hingga kini, fakta di lapangan belum menunjukan hasil yang signifikan.
Lebih menyedihkan lagi jika dilihat dari perkembangan SDM usia produktif secara umum kurang menunjukan indikasi yang positif. Pelajar usia SLTP dan SMU lebih suka keluar mengekspresikan kebrutalannya daripada bergelut dengan buku dan pengetahuan. Hal inilah yang menjadi salah satu peyebab buruknya prestasi siswa Indonesia. Menurut data survei US Departement of Education/1999/TIMSS-R di 38 negara pada kelas 2 SLTP, untuk mata pelajaran Matematika, Indonesia menempati urutan ke 24 dengan nilai rata-rata 403 sedangkan untuk mata pelajaran IPA urutan ke 32 dengan rata-rata nilai 435. Padahal peringkat pertama untuk Matematika adalah Singapura dan Taiwan untuk IPA, yang keduanya termasuk negara Asia Tenggara.
Sementara di sisi lain dekadensi moral terus menggerogoti akhlaq dan mental bangsa timur yang semula beradab ini. Mulai dari aborsi sebagai akibat pergaulan bebas, narkoba, tawuran pelajar, sampai pada prostitusi usia sekolah. Fenomena ini terus berjalan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang semakin canggih. Televisi punya andil besar dalam melemahkan generasi muda dengan tayangan-tayanganya yang menyajikan berbagai macam kekerasan, cabul, dan egoisme hidup mewah. Sementara internet yang diharapkan dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya sebagai wacana baru, sering disalahgunakan oleh sebagaian usia remaja dan dewasa untuk melihat situs porno
Sedangkan realitas di berbagai bidang secara umum, mereka yang bergelut dengan kerasnya kehidupan mencari nafkah, tak jarang diwarnai dengan ketidakjujuran, keculasan, keserakahan, dan kompetitif tak sehat dengan alasan demi masa depan anak cucunya. Padahal sebenarnya sedang mencontohkan etika kemunafikan di depan anak-anaknya. Kehidupan struktural bangsa Indonesia dari ketua RT sampat Presiden penuh oleh manipulasi dan bergagai macam bentuk korupsi. Sekarang ini banyak “orang pinter” tetapi ilmunya kurang memberikan manfaat pada manusia lain, bahkan cenderung merusak, dan mengutamakan kepentingan pribadi. Inilah yang menjadi keprihatinan kita bersama bahwa sumber daya manusia bukan hanya pandai dengan berbagai macam gelarnya, akan tetapi lebih memegang amanah, visi dan orientasinya cenderung kepada kemaslahatan orang banyak serta keselamatan antara dunia dan akhirat.

Pendidikan Terpadu
Tidak dapat dipungkiri bahwa bahwa pendidikan di Indonesia sebagian besar masih dipengaruhi oleh pola pendidikan warisan kolonial Belanda yang sudah mendarah daging selama 350 tahun. Sistim pengajaran yang diterapkan di banyak sekolah negeri maupun swasta umum masih menggunakan metode “tempo doeloe” yang diwariskan secara turun-temurun. Akibatnya, autput yang dihasilkanpun tak jauh beda dengan proses yang dijalankan. Banyak lulusan perguruan tinggi yang tergolong berprestasi di bidangnya tetapi pasif dan tak bisa banyak berbuat untuk masyarakat, bahkan lebih suka untuk menjadi “kuli” daripada berkarya. Indeks Prestasi tinggi yang selama ini dikejar tak banyak memberikan cukup bekal ketika terjun ke masyarakat.
Sementara masih banyak Pesantren nan jauh di pelosok desa, maupun di tengah kota hanya memberikan bekal pendidikan ritual bagi para santrinya dengan segudang pengetahuan keagamaannya. Pesantren yang sudah dipinggirkan sejak masa kolonial Belanda masih terasa dampaknya sampai sekarang. Perkembanganya dibatasi hanya mencakup pola pelaksanaan ibadah ritual semata. Sedangkan penerapannya dalam masyarakat kurang memberikan wacana baru dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa mendatang.
Latar belakang di atas memberikan gambaran betapa diperlukannya berbagai pembaharuan bentuk konsep pendidikan yang mengarah kepada pencetakan Insan Kamil (manusia paripurna) yang selama ini diharapkan oleh semua pihak. Berbagai macam definisi tentang manusia paripurna sering menghiasi tulisan di hampir setiap gagasan yang menjadi tujuan pendidikan. Akan tetapi pada giliranya, sangat sulit dalam mewujudkannya.
Paradoks antara harapan dan fakta ini menunjukan bahwa, teori-teori tentang manusia sempurna masih berupa konsep global. Belum tertuang kedalam platform detail yang siap dilaksanakan. Alasan ini cukup logis, karena pada dasarnya para praktisi pendidikan saat ini sebagaian besar hanya melaksanakan bahagian kecil dari unsur pendidikan. Padahal permasalahan pendidikan sangatlah kompleks, dan akan gagal apabila dilaksanakan hanya dari sebagian sisi saja. Untuk itu, diperlukan platform pendidikan integral yang merinci secara detal setiap aspek pelaksanaannya. Sebagaimana rancangan Undang-Undang (RUU) pendidikan sekarang yang lebih bersifat integratif mencakup seluruh elemen pendidikan nasional (Republika 14/2/2001). Salah satunya adalah dengan penerapan pola pendidikan yang memadukan seluruh aspek hidup sebagai realisasinya.
Menurut UU Kependidikan, sekolah terpadu adalah keterpaduan antara sekolah umum dengan sekolah kusus. Sekolah kusus yang dimaksud adalah Sekolah Luar Biasa seperti SLB untuk penyandang cacat, baik cacat fisik maupun mental. Sehingga ada dua macam pola pendidikan dalam satu sekolah. Sedangkan Pendidikan Terpadu yang di maksud adalah pola pendidikan yang melibatkan seluruh elemen hidup kedalam dunia pendidikan, baik terpadu secara sistim, terpadu untuk para pendidik, terpadu dalam penerapan kurikulum, terpadu penggunaan metode, sampai kepada terpadu peran serta masyarakat dan orang tua.
Inti dari terpadu yang dimaksud adalah adanya substansi pendidikan yang mencakup dua dimensi mendasar guna menjawab berbagai permasalahan diatas. Pertama dimensi dunia dengan pengembangan pemikiran kreatif dan berpengetahuan tinggi serta orientasi teknologi supaya hasilnya nanti tak kalah dengan produk bangsa lain. Untuk itu perlu ditanamkan rasa senang kepada peserta didik akan belajar bukan hanya untuk meraih nilai tinggi secara teori, tetapi bagaimana supaya menghasilkan karya yang luar biasa. Jika telah ada rasa senang, maka akan membangkitkan kreatifitas untuk selalu menemukan gagasan-gagasan dan inovasi baru yang cemerlang.
Kedua, dimensi akhirat untuk menjawab gambaran realitas tentang lost generation, karenanya, diperlukan pegangan “ideologi baku” yang disampaikan melalui tauladan dari para pendidik sebagai pilar utama pencetak produk pendidikan. Pesan moral disampaikan setiap saat baik dikala belajar maupun tidak. Idiologi baku adalah sebuah pedoman tatanan perilaku fitrah hidup manusia yang paling sempurna yaitu kitab suci Al-Qur’an dan sunnah nabi. Apabila pesan moral ini sampai kepada peserta didik, maka bukan tidak mungkin autputnya akan berkualitas sebagai individu sukses, dengan bekal ilmu dan akhlaq, punya ketinggian pengetahuan dan teknologi, tetapi tidak lupa akan jatidirinya sebagai manusia yang selalu tunduk pada aturan Tuhan.

Penerapan Kurikulum Terpadu
Pengajawentahan kurikulum terpadu sebenarnya masih mengikuti aturan kurikulum pendidikan nasional yang diberlakukan saat ini, hanya saja cara penyajian dan kemasannya berbeda dengan yang biasa diberlakukan di sekolah umum. Pertama, Penyajian pada kurikulum terpadu, dilengkapi dengan perombakan dan pembaharuan seperlunya dari kurikulum nasional secara lokal. Kedua, Selain itu tidak hanya memberlakukan kurikulum dari Diknas semata, tetapi dipadukan dengan adopsi pelajaran keagamaan dari Depag dengan perubahan seperlunya.
Ketiga, sebagai tambahan lain, dibarengi dengan penerapan materi dan proses pembelajaran yang laiknya diajarkan di pesantren-pesantren, seperti praktik ibadah, pembelajaran membaca dan pendalaman Al-qur’an, bahasa Arab dan lainnya. Ke-empat, sebagai penyempurnanya dipadukan dengan sosialisasi nilai-nilai akhlaqul karimah pada setiap proses pembelajaran maupun diluar itu dengan pembinaan mental keimanan peserta didik di setiap waktu selama berada di ruang lingkup sekolah.
Ke-enam, pada hari-hari libur rutin sekolah, diadakan kegiatan ekstra sebagai bekal keterampilan penunjang kurikuler yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti, pelatihan komputer, bahasa Inggris dan Asing, kepanduan dan lain-lain. Kegiatan lain yang diadakan jika libur panjang adalah pembinaan intensif seperti Pesantren Ramadhan, outbond, camping kreatif, rekresai, dan sebagainya.
Ketujuh, untuk menumbuhkan sikap kepekaan sosial, diadakan program kunjungan ke berbagai lapisan masyarakat, lembaga, atau badan sosial. Sasaran utamanya adalah peserta didik memahami bahwa masih ada sisi kehidupan lain yang belum sempat di lihatnya. Melalui pembelajaran dan pengalaman langsung ke lapangan seperti, panti asuhan, pasar, pemukiman kumuh, maupun lembaga formal lain dapat membawa kesan yang tak terlupakan.

Boarding School
Melihat konsep kurikulum terpadu yang kompleks dan sarat dengan perubahan dan penambahan dari berbagai sisi, maka proses pembelajaran memerlukan waktu relatif lama dibanding waktu sekolah biasanya. Jika kurikulum reguler saja sudah memakan waktu setengah hari per hari sekolah, maka untuk tambahan kurikulum lokal dan fleksibel tidak mungkin diselesaikan secara bersamaan.
Sebagai alternatif, agar tercipta system pendidikan yang integratif, serta terpola dengan pembiasaan dan budaya disiplin, maka diperlukan waktu secara menyeluruh untuk siswa berada pada lingkungan yang islami. Karenanya siswa harus terus berada di sekolah sampai dengan waktu yang telah ditentukan. Segala aktifitas harian mulai dari belajar, praktik ibadah, kesemuanya dilakukan di pesantren. Karenanya, sarana pendukung sebagai penunjang menjadi sebuah keharusan agar kegiatanya dapat berjalan dengan baik dan lancar, disamping membackup kejenuhan akibat rutinitasnya tersebut.
Ada beberapa keuntungan dari penyelenggaraan model boarding school ini, pertama, bagi orang tua yang keduanya sibuk bekerja adalah suatu nilai lebih tersendiri karena anak telah tertangani oleh para praktisi pendidikan. Hal ini lebih baik untuk perkembangan pendidikan dari pada berada di lingkungan rumah yang kurang mobilitas dan penanaman disiplinya, juga terhindar dari pengaruh buruk media maupung lingkungan masyarakat yang cenderung masif dan merusak.
Kedua, bagi siswa, kemungkinan besar lebih terkondisi oleh lingkungan sekolah melalui pembinaan akhlaq dari para tenaga pendidik yang ahli sepanjang waktu terutama sela-sela tertentu, seperti waktu shalat, menjelang istirahat, dan selesai fajar. Di waktu itulah siswa mengenal hakikat kehidupan lewat pendekatan para pengasuhnya.
Ketiga, siswa lebih terjaga dari efek buruk lingkungan diluar pesantren/sekolah terutama di jalan raya yang hampir setiap hari jam pulang sekolah terjadi tawuran pelajar. Lingkungan pesantren lebih steril dari berbagai hal negatif, terutama diwaktu-waktu senggang. Ditambah lagi tetap dalam pengawasan sepanjang hari melalui para ustadz yang senantiasa mensosialisasikan kehidupan yang Islami
ke-empat minimal dapat mengurangi sampai 85% aktivitas menonton TV yang sebagian besar mengajarkan kemerosotan akklaq. Namun demikian diharapkan santri/siswa tidak mengalami depresi dengan system ini karena selalu diberikan motivasi untuk selalu berfikir positif sehingga mendatangkan kemaslahatan.

Metode Belajar-Mengajar
Konsekuensi dari model boarding school adalah sebagian seluruh waktu siswa dalam beraktivitas dihabiskan di pondokan dan sekolah. Boleh jadi rasa jenuh akan selalu menghantui siswa selama berada di pondok atau di sekolah. Oleh karena itu harus ada berbagai upaya mencari solusi agar dinamika selama berada di sekolah dapat berjalan sesuai harapan. Pengenalan metode oleh setiap guru pengajar menjadi suatu keharusan. Tiap individu yang terlibat dalam proses belajar mengajar diberikan pelatihan kusus agar dapat mengembangkan ilimunya secara baik di dalam kelas.
Sudah bukan masanya lagi penggunaan metode klasik dalam proses belajar mengajar. Selain kurang efektif, siswa lebih cenderung untuk dijadikan objek didik, bukan sebagai subjek yang belajar. Karenanya, sekolah yang menggunakan model pendidkan terpadu, mau tidak mau terus mengadakan reset guna meneliti berbagai kemungkinan mencari terobosan-terobosan baru dalam pengembangan metode. Termasuk informasi perkembangan dunia pendidikan di negara-negara yang lebih maju melalui berbagai macam literatur.
Selain itu suasana dan tempat belajarpun harus selalu ada perubahan untuk setiap waktu tertentu agar tidak membosankan bagi siswa. Variasi setting kelas, baik perubahan tempat duduk, hiasan, sampai pemajangan karya siswa merupakan salah satu upaya agar belajar tidak membosankan. Belajar tak selamanya harus di dalam kelas, tetapi bisa juga mencari alternatif lain seperti taman, kebun, masjid, lapangan, bahkan pasar, karena seluruh tempat adalah kelas sebagai tempat menimba ilmu. Lingkungan belajar yang menyenangkan menimbulkan kesan tersendiri bagi siswa,sehingga banyak menumbuhkan inspirasi.
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning,, menyebutkan bahwa rasa senang dalam belajar membuat sikap positif, menambah motivasi dan percaya diri, serta dapat menemukan cara berfikir kreatif. Untuk itu diperlukan suasana nyaman, cukup penerangan dan asri, lingkungan yang mendukung, aman, santai, dan positif. Dari sisi interaksi belajar mengajar mesti menunjukan dinamika perubahan keadaan, terobosan, hubungan harmonis, penjelajahan, dan menantang. Kesemuanya dapat membawa siswa menemukan loncatan-loncatan yang luar biasa dalam belajarnya.
Tugas pendidik bukanlah sekedar transfer ilmu, tetapi sebagai fasilitator yang akan mengantarkan peserta didik mampu mencari jati diri, menemukan cara belajarnya seperti dengan melalui Active Learning. Cara ini memberikan keluasan pada siswa untuk bergerak, meneliti, mencari, menjelajah, mengamati, observasi, sampai memberikan hipotesa, dan akhirnya menemukan hal baru yang barangkali baru juga buat para pendidik sendiri.
Sistim sekolah terpadu laiknya tak menolak adanya penemuan baru maupun pengembangan dalam setiap pembaharuan metode pendidikan. Pelatihan keterampilan seperti pengembangan penggunaan alat bantu hitung perlu diinventaris sebagai hazanah dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia.

Peran Orang Tua dan Masyarakat
Namun demikian, segala usaha pencetakan generasi unggul di sekolah tak kan berhasil tanpa keterlibatan orang tua dan masyarakat. Pertama, harus ada persamaan pandangan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat tentang pendidikan. Semuanya sadar akan perannya dalam berhasil-tidaknya upaya mengantar putra-putrinya menjadi generasi siap menghadapi tantangan zaman yang beriman, bertaqwa, cerdas, berpengetahuan tinggi, ahli teknologi, dan berakhlaq mulia.
Kedua, ada kesamaan pola asuh siswa antara di sekolah, rumah dan masyarakat. Untuk mencapai kesamaan ini perlu adanya pertemuan rutin antara orang tua dan guru untuk membahas berbagai kemungkinan pembinaan akhlaq, cara belajar, kebiasaan, sampai pada hambatan belajar siswa. Sekolah perlu memberikan masukan bagi para orang tua yang kurang memenuhi kapasitas ilimu pendidikan untuk memberikan penilaian yang sama tentang peserta didik.
Ketiga, adanya kesamaan perlakuan seputar perintah, larangan, peringatan, pemberian hadiah sampai pada hukuman. Hal mana saja yang harus dilakukan oleh siswa, apa saja yang tidak diperbolehkan, kriteria apa saja yang patut dikenai sanksi, bagaimana sebaiknya sanksi yang harus dijatuhkan agar lebih mendidik. Pemberian hadiah, sekecil apapun punyai nilai tersendiri untuk memotivasi belajar siswa, tapi perlu diingat bahwa hadiah yang kurang proporsional akan menimbulkan sikap komersil pada siswa. akibatnya tanpa hadiah materi siswa cenderung melemah semangat belajarnya.
Ke-empat, keharmonisan dalam keluarga, dalam hal ini terutama antara bapak dan ibu. Jika anak bersalah dan harus menerima sanksi dari bapak, maka sang ibu harus memberi dukungan, demikian juga sebaliknya. Jika anak harus mendapat hadiah dari ibu karena prestasinya maka sang bapak harus mendukung, dan sebaliknya. Perbedaan sikap antara keduanya terhadap putra-putrinya akan membuat mereka bimbang harus mengikuti siapa. Akibatnya akan menimbulkan pekribadian ganda dalam diri siswa. Terkadang tidak sejalan antara ucapan dan perbuatannya.
Kelima, adanya andil masyarakat sebagai lingkungan yang menjadi laboraturium siswa/santri terhadap nilai-nilai yang telah didapat di sekolah maupun dari orang tua mereka. Masyarakat diharapkan memberikan sumbangsihnya bagi pendidikan terutama sebagai tempat pemberi warna tabiat tersendiri bagi ciri khas generasi mendatang. Sehingga akan menjadikan generasi masa datang yang diharapkan dalam rangka menyongsong era kebangkitan Islam yang sudah lama dinantikan.

Pendanaan
Dilihat dari berbagai gambaran konsep pendidikan terpadu, nampaknya bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkannya, terutama dari sisi pendanaan. Selain harus ditangani oleh praktisi yang benar-benar professional di bidangnya, juga harus disokong oleh sarana dan pra sarana yang memadahi bagi penyeleggaraan pendidikan terpadu. Factor tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Bagaimana untuk membangun gedung sekolah, mengisi dengan berbagai perlengkapan, menggaji para guru yang sehari penuh bekerja.
Laiknya penyelenggara model pendidikan terpadu seperti ini adalah negara atau badan lain sebagai lembaga yang sudah mapan dan memiliki banyak dana untuk itu. Tetapi amat disayangkan, sampai detik ini sektor pendidikan masih dianaktirikan. Apa yang bisa diharapkan dari 3,8% anggaran pendidikan sekarang. Bahkan sebagian besar habis di perguruan tinggi. Bagaimana dengan SD, SLTP, dan SMU? Mau tidak mau pendanaan akan dikembalikan kepada peran orang tua dan masyarakat sebagai pemetik hasil pendidikan.
Sayangnya, tidak semua masyarakat di Indonesia memiliki cukup dana untuk menyekolahkan anaknya di sekolah model ini. kesadaran untuk berkorban pada semua pihak sangat dibutuhkan mengingat perjalanan dalam mencetak generasi dambaan bersama masihlah jauh.
* H.Untung Triantoro,S.Pd.. adalah praktisi pendidikan, Konsultan Pendidikan Islam Terpadu,Ketua Yayasan Nurul Qur’an, Mantan Kepsek SDIT Al-Qalam Depok, sekarang menjabat sebagai Mudir Sekolah Islam Terpadu Al-Haraki Depok, dan SDIT An-Nur Bogor, Jabar